Selasa, 10 Januari 2017

Terhimpit

Ruang gerak semakin sempit
Penat seperti melilit
Hidup semakin sulit
Ekonomi semakin menghimpit

Asa entah pergi kemana
Raga di jual kemana-mana
Jiwa, apalah yg tersisa
Semakin lama semakin menyiksa

Logika sukar di percaya
Mata hati telah buta
Semua benda di labeli harga
Jasa itu cuma soal harga

Bidadadari perlahan pergi
Karna lumbung emas belum terisi
Merenung ku di sudut pagi
Mungkin kah ini lebih berisi

Letih

Tempat ini nyaman
Angin berhembus pelan
Sejuk, panas pun malu singgah
Hangat, tak seorang pun akan mencela

Ini tumpukan kebahagian ku
Acuh akan sekitar ku
Suara suara itu, pedih
Ku tak perduli, ada kau disini

Erat kau bersama ku
Ya, selalu di sisi
Acuh, mati indra ku
Tak perduli

selama kau peneduh
Menjadi tempat ku bersimpuh
Datang untuk berkeluh
Atau sekedar bercumbu

Mungkin aku buta tuli
Tenggelam dalam visi
Selalu berpikir misi
Sudah mati intuisi

Mungkin aku yg terlalu tinggi
Atau Ekspektasi ku berlebih
Atau kau membawa ku terlalu tinggi
Atau aku yg selalu ingkar janji

Mungkin aku yg terlalu acuh
Tak pernah pedulikan mu
Mungkin aku yg meninggi
Tanpa aku pernah peduli

Kita tak pernah sejauh ini
Sedingin ini saat kau disisi
Tajam menyayat perih
Sarkas mu pedih

Ataukah kau sedang letih?